Text
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
Kamus Ekabahasa kebanggaan Indonesia dan yang lebih populer dari TBBBI (Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia) ini adalah kelanjutan dari tiga kamus sebelumnya. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Pertama diterbitkan pada tanggal 28 Oktober 1988. Edisi Kedua dan Ketiga masing-masing terbit tahun 1991 dan 2001. KBBI disebut Kamus Besar karena, menurut penyusunnya, memiliki banyak informasi yang terkandung di dalamnya, atau menurut pengertiannya, memuat khazanah secara lengkap, termasuk kosakata istilah dari berbagai bidang ilmu yang bersifat umum.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat memuat 90.049 lema dan sublema (lebih banyak dari KBBI Edisi Ketiga yang memuat sekitar 78.000 lema), serta 2.034 peribahasa. Dibandingkan lagi dengan Edisi Ketiga, kamus ini memperoleh perbaikan menyangkut ketaat-asasan definisi, penjelasan lema, pemenggalan kata, dan informasi teknis seperti label bidang ilmu dan label bahasa daerah. Sistematika penyusunan sublema tidak lagi berdasarkan abjad, tetapi berdasarkan paradigma. Sebagai contoh adalah peletakan sublema yang mengikuti lema tinju. Lema ini tidak diikuti oleh sublema bertinju lalu meninju, dan seterusnya (berdasarkan abjad), namun urutan lemanya menjadi meninju, peninju, peninjuan, tinjuan, dst. Selain lema, sublema dan peribahasa, KBBI Edisi Keempat juga mencantumkan Kata dan Ungkapan Daerah dan Kata dan Ungkapan Asing. Anehnya, jumlah Kata dan Ungkapan Asing jauh, jauh lebih banyak jumlahnya daripada Daerah, yang sebagian besar dari Jawa. KBBI juga memuat Aksara-aksara Daerah di Indonesia dan Asing. Aksara Daerah meliputi Jawa, Bali, Sunda Kuno, Bugis/Lontara, Rejang, Lampung, Karo, Pakpak, Simalungun, Toba, Mandailing, Kerinci dan Jawi (Arab Melayu). Aksara Asing meliputi Ibrani, Yunani, Dewanagari, Arab, Sirilik, Katakana, dan Hiragana. Sayangnya tidak ada penjelasan memadai dan contoh penggunaan aksara-aksara tersebut. Selain itu, ada juga Singkatan dan Akronim yang disusun secara urut-aksara; Hari Besar Nasional dan Internasional yang, herannya, tidak banyak mencantumkan hari-hari yang berkaitan dengan bahasa semisal Hari Bahasa Ibu Internasional; Bintang dan Tanda Kehormatan; Nama Negara, Ibu kota; Bahasa, dan Mata Uang; dan Nama Daerah Tingkat I dan Tingkat II di Indonesia. Masih ada lagi! Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota Madya Menurut Data BPS Pusat Tahun 2006 serta Tanda dan Lambang (Astrologi, Astronomi, Bilangan, Biologi, Fisika, Kedokteran dan Farmasi, Komunikasi/Alfabet Nongrafis, Huruf Braile, Isyarat Tangan, Kode Morse, Semafor, Matematika, Musik, Unsur Kimia, Sukatan dan Timbangan, dan yang terakhir, Ukuran Kertas. Benar-benar BESAR! (Meskipun banyak yang tidak berkaitan erat dengan bahasa).
Penerbitan Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat banyak mendapat apresiasi dari para pemerhati bahasa. Sebagai contoh adalah beberapa kritik yang muncul di Kolom Bahasa Kompas yang ditulis oleh Jos Daniel Parera, TD Asmadi, dan Kurnia JR. Parera mempertanyakan munculnya lema profesionalitas di KBBI karena lema profesionlity tidak ada di kamus-kamus ekabahasa bahasa Inggris. Di tulisan yang lain, Parera mempermasalahkan pengertian pron penunjuk tempat sini, situ, dan sana yang menurutnya lebih dekat dengan relasi bunyi kata ganti orang daripada jarak dekat/jauhnya dari pembicara. TD Asmadi mempertanyakan mengapa lema ketipung disebut berasal dari bahasa Madura. Sedangkan Kurnia JR menyelisik kerancuan kebakuan imbuhan auto dan oto yang keduanya dianggap baku pada lema tertentu, tetapi tidak baku pada lema yang lain. Selain berupa kritik yang bernada mempertanyakan, ada juga yang mengapresiasinya dengan meneliti khazanah lema tertentu sebagai padanan bahasa Asing yang diserap, misalnya Salomo Simanungkalit yang menemukan kecocokan arti petahana dengan incumbent.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat merupakan wujud kesadaran akan perkembangan Bahasa Indonesia dengan segala kebakuan dan keliarannya. Kamus ini merupakan kamus yang menjadi rujukan dasar banyak ahli di bidang-bidang kecendikiaan. Untuk memilikinya memang butuh uang yang cukup besar (Rp 375 ribu), hingga ada beberapa orang mengeluhkan tiadanya KBBI versi sampul tipis dan kertas tidak mengkilap. Tapi, masih ada jalan lain: lihat KBBI versi online! Selamat menyelisik lautan kosa kata dan makna.
Tidak tersedia versi lain