Text
Cinbeng ( Eksistensi peranakan tiong hoa tangerang )
Bicara etnis Tionghoa Tangerang atau lebih lazim dikenal dengan sebutan Cina Benteng (Cinbeng) memang sangat menarik. Karena ternyata komunitas ini telah mendiami wilayah (kota dan kabupaten) Tangerang selama 300 tahun lebih.
Namun ternyata, sangat sulit untuk mencari literatur sejarah perkembangan kaum peranakan Tionghoa Tangerang ini. Hal ini karena tak ada penulis yang secara spesifik membahas komunitas satu ini secara menyeluruh, kalau pun ada pembahasan masalah komunitas Tionghoa Tangerang, versinya hanya sepenggal-sepenggal.
Padahal kalau dicermati, ada banyak sekali pengaruh positif dari komunitas ini terhadap sejarah dan perkembangan Tangerang. Sebut saja di sektor kebudayaan, komunitas ini banyak menyumbangkan berbagai tradisi menarik khas Tangerang. Seperti munculnya kesenian gambang kromong dan cokek di sana, serta berbagai makanan yang bukan lagi khas Cinbeng, dan yang lebih menarik semu itu tak lagi menjadi ciri khas peranakan Tionghoa di sana, tapi sudah menjadi khas Tangerang.
Sementara di sektor pariwisata, kehadiran perayaan Peh Cun Tangerang dan arak-arakan Toapekong Kelenteng Boen Tek Bio telah menjadi primadona sejak era tahun 1960-1970an, juga sudah jadi aset yang berharga bagi masyarakat Tangerang. Lewat dua festival ini, Tangerang bisa mendongkrak sektor pariwisatanya hingga ke mancanegara dan bahkan bisa mendulang dolar dari para wisatawan mancanegara.
Maka buku pembahasan tentang kaum Tionghoa Tangerang ini jadi begitu menarik karena digambarkan bagaimana sejarah panjang masa-masa kehadiran cikal bakal kaum peranakan Cina Benteng di wilayah Tangerang, sejak abad ke-14 hingga meletusnya peristiwa pembantaian tahun 1740.
Buku ini juga mencatat peristiwa pembantaian tahun 1740 dari sudut pandang kehadiran orang Tionghoa di Tangerang, termasuk soal gugatan isteri Nie Hoekong kepada Pemerintah Belanda. Buku ini cukup menarik karena ditulis dalam gaya bahasa jurnalistik sederhana seperti yang terangkum dalam media massa, sehingga pembaca dapat mudah mencernanya. Paling tidak, buku ini dapat menambah wawasan kaum awam terhadap keberadaan kaum peranakan Tionghoa di wilayah Tangerang.
Tidak tersedia versi lain